Melakukan Kultur jaringan Tanpa Harus Membuat Laboratorium Kultur Jaringan
Melakukan Kultur jaringan Tanpa Harus Membuat Laboratorium Kultur Jaringan
Anda Mau Melakukan Kultur
Jaringan Tanaman?
Anda Bisa Melakukan Kultur Jaringan Sendiri di Rumah, Tanpa Harus Membuat Laboratorium Kultur Jaringan
Oleh
Ir. Edhi Sandra MSi
Divisi Bioprospeksi Dan
Pemanfaatan Lestari Hidupan Liar
Departemen Konservasi Sumberdaya
Hutan Dan Ekowisata
Fakultas Kehutanan Dan Lingkungan
IPB University
Bogor
2023
ABSTRAK
Kultur Jaringan adalah suatu teknologi yang mensyaratkan kondisi yang
steril di dalam pelaksanaannya. Oleh sebab itulah diperlukan Laboratorium
kultur jaringan. Laboratorium kultur jaringan dipandang lebih kearah fisik
bangunan yang memadai untuk operasional kultur jaringan. Bila kita merubah
sudut pandang dari bangunan fisik menjadi fungsionalnya maka pengertian Laboratorium
kultur jaringan tidak hanya sekedar bangunan fisik tapi bisa disederhanakan dalam
bentuk fungsional yang dapat mendukung kegiatan kultur jaringan. Bila
fungsional tersebut dapat diwujudkan maka kegiatan kultur jaringan dapat
berjalan dengan baik.
Bentuk fungsional tersebut bisa berupa modifikasi alat dan bahan yang lebih
simpel dan praktis dan yang lebih murah atau lebih aplikatif. Dalam kaitan komunitas
masyarakat maka bisa dibuat sistem agar tidak semua orang yang ingin melakukan
kultur jaringan harus buat laboratorium kultur jaringan. Jadi dalam hal ini ada
pihak yang menyediakan laboratorium kultur jaringan yang bisa diakses atau
digunakan oleh siapa saja dengan aturan tertentu. Dalam kaitan modifikasi alat
maka yang dapat dilakukan adalah modifikasi alat yang dapat dibongkar pasang
dengan ukuran secukupnya saja. Merubah SOP agar modifikasi fungsional bisa
tetap berfungsi dengan baik sehingga kultur jaringan bisa terlaksana dengan
baik.
Melakukan Kultur jaringan Tanpa
Harus Membuat Laboratorium Kultur Jaringan
Anda Mau Melakukan Kultur
Jaringan Tanaman?
Anda Bisa Melakukan Kultur Jaringan Sendiri di
Rumah, Tanpa Harus Membuat Laboratorium Kultur Jaringan
Pendahuluan
Pada
awalnya kultur jaringan di Indonesia masih merupakan hal yang eksklusif dan
mahal, tapi lambat laun kultur jaringan mulai di kenal di masyarakat dan mulai
banyak diterapkan di sekolah-sekolah.
Dengan semakin dikenalnya kultur jaringan
di masyarakat, dan semakin baiknya presepsi dan pengetahuan masyarakat luas
mengenai kultur jaringan, maka saat ini secara sporadis mulai banyak dilakukan
oleh perorangan maupun perusahaan atau lembaga tertentu.
Semakin
banyaknya pelaku kultur jaringan, disamping memang kebutuhan terhadap bibit
unggul tidak dapat di tawar lagi maka kultur jaringan merupakan alternatif
agribisnis yang sangat prospektif.
Divisi Bioprospeksi
Dan Pemanfaatan Lestari Hidupan Liar Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan
Ekowisata, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University dan memiliki misi
pengembangan kultur jaringan secara luas di masyarakat Indonesia, terus berusaha
agar semakin banyak pelaku kultur jaringan yang bergerak dalam memproduksi
berbagai macam bibit. Hal tersebut dapat dipahami bahwa Edhi Sandra adalah
Dosen IPB University yang berkeinginan menyebarkan teknologi kultur jaringan
secara luas dimasyarakat. Dalam rangka Tridarma Perguruan Tinggi selain mengembangkan
bioteknologi kultur jaringan di IPB University maka Edhi Sandra mempunyai
kewajiban untuk menyebarkan ipteknya ke masyarakat luas. Salah satu kompetensi
dan spesialisasinya adalah terkait pengembangan teknologi kultur jaringan
dikaitkan dengan pengingkatan pemanfaatan biodiversity di Indonesia. Hal ini
sesuai dengan program pemerintah yaitu Kampus merdeka dan program-program
pemerintah yang lebih terbuka ke masyarakat umum. Oleh sebab itulah untuk
merealisasikannya Edhi Sandra bersama istrinya, Ir Hapsiati membuat
Laboratorium di rumahnya yang berfungsi pengabdian pada masyarakat tapi dengan
sistem pengelolaan mandiri (swadaya), dengan sistem seperti perusahaan swasta.
Gabungan sifat seperti inilah yang membuat Esha Flora, laboratorium kultur
jaringan yang dikembangkan Edhi Sandra menjadi Unik karena status swasta murni
tapi misi dan visinya lebih dominan ke arah pengabdian pada masyarakat luas
Pengalamannya yang cukup lama digabung dengan karakter dosen pada diri Edhi Sandra membuat Esha Flora sangat unik. Mampu menjalankan fungsi pengabdian yang terbuka yang sama dengan perusahaan swasta yang tidak mungkin terbuka kepada masyarakat luas karena status swastanya. Sifat Dosen yang juga berperan sebagai manusia pembelajar membuat Edhi sandra mampu mengkritisi pelaksanaan kultur jaringan yang lebih murah dan mudah dan mampu memodifikasi SOP yang ada sehingga kultur jaringan dapat dilaksanakan dalam kondisi serba terbatas. Dan dalam makalah ini Edhi Sandra menuangkan idenya bagi para pecinta kultur jaringan bisa melakukan kultur jaringan tanpa harus membuat Laboratorium kultur jaringan.
Beberapa kendala yang di
temui para pelaku kultur jaringan adalah:
1.
Persepsi
negatif terhadap kultur jaringan, yang menyatakan bahwa kultur jaringan mahal,
sulit, hanya bisa dilakukan oleh para sarjana kultur jaringan dan hasilnya
tidak pasti. Semua ini sedikit demi-sedikit sudah mulai dinetralisir dan sudah
menuju persepsi yang objektif.
2.
Kultur
jaringan sulit dilakukan karena memerlukan kondisi (laboratorium khusus yang
sangat mahal dan peralatannya serba ”aneh dan menakutkan” bagi masyarakat
biasa). Saat ini hal ini sudah mulai
berkurang dengan semakin banyaknya pelaku kultur jaringan skala rumah tangga.
3.
Sulitnya
mencari dan mendapatkan bahan dan alat yang diperlukan dalam menjalankan kultur
jaringan. Saat ini sudah mulai mudah ditemukan dengan mulai dijualnya secara eceran
bahan-bahan kultur jaringan. Disamping itu sudah mulai dibuatnya media
alternatif atau organik yang dapat menggantikan media baku yang di rasa
”mahal” bagi para pelaku kultur
jaringan
4.
Sulitnya
tahapan inisiasi, yaitu tahapan pertama kali memasukkan bahan tanaman (eksplan)
ke dalam botol kultur yang steril. Seringkali pada tahapan ini keberhasilan
0%, bukan karena tidak terampilnya atau tidak pengalamannya pelaku kultur
jaringan, tapi lebih karena banyaknya faktor yang menyebabkan kontaminasi
terutama kontaminasi yang bersifat ”sistemik” (kontaminasi yang berasal
dari bagian tanaman itu sendiri).
Divisi Bioprospeksi dan Pemanfaatan Hidupan Liar melalui Esha Flora berusaha terus agar ”kultur jaringan skala rumah tangga ” lebih familier di kalangan masyarakat luas. Esha Flora sudah berusaha menembus kalangan perorangan, swasta/pengusaha, kalangan pemerintahan, anak-anak sekolah bahkan pemutus kebijakan. Saat ini mulai dirasakan bahwa kultur jaringan sudah mulai ”membumi” sudah mulai dapat diprediksi dan direncanakan hasil nyatanya.
Berkaitan dengan itulah saat ini Divisi
Bioprospeksi Dan Pemanfaatan Lestari Hidupan Liar melalui Esha Flora yang ada
ditengah masyarakat terus berusaha mempermudah agar siapapun yang melakukan
kultur jaringan tidak akan mengalami kesulitan untuk melakukannya.
Oleh sebab itulah maka Esha Flora berusaha
membantu masyarakat luas yang ingin melakukan kultur jaringan, tapi terkendala
dengan harus membuat laboratorium kultur jaringan, maka saat ini bisa melakukan
kultur jaringan tanpa harus membuat laboratorium kultur jaringan.
Program Divisi Bioprospeksi Dan
Pemanfaatan Secara Lestari Hidupan Liar melalui Esha Flora yang ada ditengah
masyarakat, agar :
Anda Bisa Melakukan Kultur Jaringan Sendiri di
Rumah, Tanpa Harus Membuat Laboratorium Kultur Jaringan
1. Pelatihan Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga. Pelatihan ini dilakukan dengan berbagai macam paket. Ada paket profesional dan privat dengan baiya 9 juta selama 4 hari. Tapi ada juga program pelatihan gratis bagi masyarakat luas, setiap hari sabtu jam 09.00 sampai jam 12.00 di Esha flora. Dengan pelatihan ini para peserta dapat mengetahui dan melakukan kegiatan kultur jaringan dasar skala rumah tangga.
2. Menjual Koleksi Kultur jaringan Tanaman koleksi yang dimiliki oleh Divisi Bioprospeksi dan Pemanfaatan Hidupan Liar melalui Esha Flora. Agar masyarakat yang ingin melakukan kultur jaringan tapi belum menguasai dalam kegiatan inisiasi maka ia dapat memotong jalan agar tetap sukses teap dapat melakukan kultur jaringan dengan cara membeli kultur jaringan tanaman steril yang ada di esha Flora atau di laboratorium kultur jaringan lainnya yang sudah mulai menjual koleksi kulturnya.
3.
Menjual
eceran bahan dan alat kultur jaringan : bahan kimia: media kultur, hormon dll sehingga pelaku kultur jaringan
yang baru belajar bisa mencoba-coba terlebih dahulu tanpa investasi yang besar.
4. Ditemukannya alat dan bahan alternatif dan organik kultur jaringan yang murah. Untuk melakukan kultur jaringan tidak perlu membeli laminar terlebih dahulu seperti yang ada di Divisi Bioprospeksi Dan Pemanfaatan Lestari Hidupan liar. Divisi Bioprospeksi dan Pemanfaatan Lestari Hidupan Liar melalui perpanjangan tangannya yang dimasyarakat yaitu Esha Flora membuat enkas kecil yang dapat digunakan bagi pemula. Demikian pula dengan media kultur jaringan, Esha flora telah membuat media alternatif dan organik yang dapat dipakai untuk kultur jaringan dengan harga murah.
5.
Menjual
media kultur jaringan steril. Media inilah yang akan digunakan untuk menanam eksplan / plantlet /kultur
tanaman. Media ini telah dibuat ramuan dan komposisinya dan telah disterilkan,
sehingga pengguna tinggal menanamnya dengan kondisi steril dengan menggunakan
enkasyang juga telah disterilkan.
6. Menjual paket enkas dan alat tanam. Hanya dengan menggunakan alat ini maka pengguna sudah dapat melakukan subkultur / perbanyakan kultur jaringan di rumahnya sendiri dengan membeli media kultur steril dan kultur tanaman steril yang mau di perbanyak yang ada di Esha Flora.
7.
Menjual
rak kultur dan media habis pakai lainnya. Bila memang pelaku kultur jaringan memerlukan dan
ingin mengadakannya bisa di beli di Esha Flora atau mengadakan dan beli sendiri
/ bikin sendiri.
Prospek dan Pasar
Indonesia yang merupakan
negara agraris dan lebih dari 60 % rakyatnya hidup di desa, maka agraris
merupakan pilihan yang tepat. Berarti pengadaan benih dan bibit unggul sangat
diperlukan baik untuk pertanian, perkebunan dan kehutanan.
Indonesia dengan kondisi
lahan yang perlu di hijaukan (direhabilitasi / reboisasi) dalam jumlah yang sangat luas, yaitu jutaan hektar
(13,5 juta hektar kawasan hutan) belum lagi lahan milik masyaakat. Berarti
kebutuhan benih / bibit unggul sudah sangat mendesak.
Kultur jaringan merupakan
alternatif yang tidak dapat di tawar lagi, tapi bagi sebagian orang menganggap
bahwa biayanya masih cukup besar sedang mereka masih ingin menjajaginya
terlebih dahulu. Dengan program yang dibuat Divisi Bioprospeksi Dan Pemanfaatan
Lestari Hidupan Liar melalui Esha Flora yang ada ditengah masyarakat yaitu ”mengkulturkan
tanpa harus membeli Laboratorium kultur jaringan” merupakan tawaran yang sangat menarik.
Hanya dengan membeli satu
paket enkas dan alat tanamnya dan media kultur steril serta bahan habis
pakainya, maka pengguna sudah dapat melakukan kultur jaringan di rumahnya.
Untuk tanaman yang mau dikembangkan (untuk sementara memang tergantung pada
koleksi kultur steril yang telah ada di Esha Flora atau dari laboratorium
kultur jaringan lainnya yang menjual kultur tanaman sterilnya.
Sementara cara melakukan
subkultur atau perbanyakannya dapat dilihat pada saat pelatihan hari sabtu di
Esha Flora atau dapat membeli VCD yang memang dijual di Esha Flora. Dengan
demikian pengguna sudah bisa melakukan kultur jaringan di rumahnya.
Jenis-jenis yang dapat
diperbanyaka adalah jenis-jenis yang memang banyak di minta oleh pasar:
misalnya anggrek, tanaman hias, pisang pangan, jati, gaharu, sengon, jabon dll.
Perhitungan Biaya Kasar
Biaya yang perlu
dikeluarkan untuk melakukan kultur jaringan sendiri di rumah tanpa harus
membuat laboratorium kultur jaringan adalah:
Pengeluaran
1. Paket Enkas kecil beserta alat tanamnya Rp. 800.000
2. Bahan habis pakai (alkohol, karet, plastik, wrap, dll) Rp. 100.000
3. VCD + panduan kultur jaringan / bacaan pelatihan Rp. 300.000
4. Kultur steril (misalnya : kultur anggrek Rp. 100.000/btl) Rp. 100.000
5. Media kultur steril @ Rp. 3.000 x 30 botol Rp. 300.000
--------------------------
+
Total Rp. 1.600.000
Jati total biaya yang diperlukan adalah Satu Juta Enam Ratus Ribu Rupiah.
II. Pendapatan:
Satu botol kultur jaringan bisa diperbanyak
sekitar 30 botol lebih. Berarti dari satu botol kultur jati steril yang dibeli,
setelah disubkultur dan di inkubasi
selama sekitar 3 bulan maka dari satu botol akan menjadi 30 botol, bila
diumpamakan kegagalan (kontaminasi sebanyak 40 %) maka kultur jati steril yang
di dapat adalah 30 botol – 12 botol = 18 botol Sedangkan harga satu botol
kultur anggrek tersebut adalah Rp. 100.000. Jadi nilai nominal yang di dapat
adalah : 18 botol x @ Rp. 100.000 = Rp. 1.800.000.
Dua bulan berikutnya maka 18 botol kultur steril
akan dapat disubkultur kembali menjadi: 18 botolkultur steril x @ 30 botol =
540 botol.
Maka perhitungannya:
Biaya untuk membeli media steril:
Rp 10.000 x 540 botol media kultur steril Rp. 5.400.000
Pemasukan 540 botol kultur (misal gagal 40%):
540 botol – 216 botol = 324 botol kultur anggrek
steril
324 kultur steril x @ Rp. 100.000 Rp.
32.400.000
Bila dari 324 botol steril terus disubkultur maka akan menjadi:
Subkultur selanjutnya:
- 324
kultur anggrek –( 3bln)-> 324 x 30 = 9.720 kultur anggrek –(gagal
40%)-> (9720 – 3.888) = 5.832
kultur steril.
- 5.832
kultur steril -------à 174.960 kultur---------à 104.976 kultur steril
- 104.976
kultur steril-----à 3.149.280 kultur sterilà 2.089.468 kultur steril
Berarti dari satu botol kultur anggrek steril akan
menjadi: 2.089.468 kultur steril,
setelah dilakukan 5 kali subkultur (@ 3 bulan inkubasi = 15 bulan ditambah
dengan pembesaran dan aklimatisasi (ditambah 3 bulan lagi) maka waktu yang
diperlukan sekitar 18 bulan untuk menghasilkan 2 juta bibit (misal 2 juta yang
dikeluarkan dari botol kultur dan sisanya tetap diperbanyak). Maka nilai
nominal yang di dapatkan adalah (bila 1 bibit harga Rp. 10.000) : 2.000.000 x
Rp 10.000 = Rp. 10.000.000.000 (sepuluh
milyar)
Nilai tersebut memang fantastic, tapi memang untuk
menghasilkan nilai tersebut harus juga diimbangi dengan kemampuan tenaga kerja
dan manajemen dan kontrol agar kultur dapat terawat dengan baik.
Sebagai
gambaran satu tenaga subkultur akan dapat menghasilkan 100 – 300 botol
(subkultur), berarti dalam satu bulan (25 hari kerja) akan dihasilkan : 100
botol x 25 hari : 2.500. Bila di
dalam satu botol terdapat 10 kultur maka
dalam satu bulan dihasilkan : 25.000 kultur anggrek.
Memang tidak mudah tapi minimal hal ini
memperlihatkan bahwa bila usaha ini dilakukan dengan serius maka adalah tidak
mustahil kita dapat melakukannya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Sandra E. Hapsiati, Zahra A. 2022. Panduan Materi
Kultur Jaringan. Esha Flora. Bogor.
Sandra E, Hapsiati, Zahra A. 2022. Panduan
Praktikum Pelatihan Kultur Jaringan
Wattimena GA, Winata L G, Nurhayati A M, Endang S,
Armini W, Andri E. 1992. Bioteknologi Tanaman. Laboratorium Kultur Jaringan
Tanaman. PAU Institut Pertanian Bogor.
Sulistiani E, Samsul AY. 2012. Produksi Bibit
Tanaman Dengan Menggunakan Teknik Kultur Jaringan. SEAMEO BIOTROP. Bogor.
Winata L G.
1995. Teknik Kultur In Vitro
Dalam Hortikultura. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sriyanti D P H.
Pembibitan Anggrek Dalam Botol. Penerbit Kanisius. Jakarta.
Sandra E. 2003. Kultur Jaringan Anggrek Skala
Rumah Tangga. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sandra E. 2013. Cara Mudah memahami Dan Menguasai
Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga. IPB Press. Bogor.
0 comments