Salah Persepsi Tentang Kultur Jaringan Tanaman Skala Rumah Tangga
Oleh
Edhi Sandra
1. Kepala Unit Kultur Jaringan Bagian KonservasiTumbuhan Departemen Konservasi Sumberdaya
Hutan Fakultas Kehutanan IPB Bogor
2. Kepala Laboratorium Bioteknologi Lingkungan PPLHLPPM IPB Bogor
3. OwnerEsha Flora Plant and Tissue Culture
Pendahuluan
Kultur jaringan skala rumah tangga adalah kultur jaringan tanaman yang di laksanakan dengan kondisi danketerbatasan yang terdapat dalam skala rumah tangga.
Tujuan dari kultur jaringan tanaman skalarumah tangga adalah tetap dapat dilaksanakannya teknologi kultur jaringandengan kondisi berbagai keterbatasan yang ada dan dapat dilaksanakan walaudalam kondisi skala rumah tangga.
Dalam hal ini terjadi
prosesmodifikasi dan kreativitas yang dilakukan untuk tetap dapat
melakukan kulturjaringan, dengan tetap mengacu pada prinsip-prinsip
kultur jaringan. Setiaptahapan disarikan prinsip dasarnya dan diubah
kondisinya dari kondisilaboratorium yang serba mewah dengan alat-alat
serba impor ke skala rumahtangga.
Sayangnya banyak
orang yangmempersepsikannya salah, mereka berfikir bahwa kultur jaringan
dapat dilakukandalam skala rumah tangga apa adanya, mereka
melakukannya tanpa melakukanmodifikasi prinsip dasar dari kultur
jaringan (yang mungkin sebagian tidak tahumengenai hal itu), sehingga
proses kultur jaringan benar-benar dilakukanseadanya. Oleh sebab itulah
dapat diprediksi hasilnya hampir 100% gagal
Tingkat
kegagalan yang tinggiselain disebabkan kurang difahaminya prinsip dasar
kultur jaringan jugadisebabkan kultur jaringan memiliki titik kritis,
yaitu tahapan kultur jaringanyang paling banyak dan paling tinggi
mengalami kegagalan. Titik kritis tersebut adalah inisiasi,yaitu
memasukkan bahan eksplan yang dari lapang dalam kondisi tidak
sterildimasukkan kedalam botol kultur jaringan tanaman dalam kondisi
steril. Dalammelakukan tahapan ini seperti berjudi, untung-untungan,
tapi seringkali gagal.
Sangat sulitnya inisiasi
membuatbanyak mahasiswa yang penelitian kultur jaringan menangis karena
gagal, dansebagian yang lain takut dan tidak mau melakukan inisiasi.
Bila kita menanganiinisiasi dengan metode seperti biasa maka
keberhasilannya pada umumnya sekitar0 % – 10 %. Kecuali untuk bahan
tanaman yang berasal darinursery atau hasil kultur jaringan juga, maka
tidak akan seperti itu, tapitetap saja sulit.
Selain
masalah kontaminasi dalamproses inisiasi juga disebabkan kontaminasi
pada saat perbanyakan / subkultur.Bahkan seringkali terjadi, pada saat
diinisiasi sudah berhasil steril akantetapi pada saat disubkultur
kontaminasi kembali, padahal dari segi pengerjaansudah benar dan baik.
Apalagi kalaukondisi laboratoriumnya seadanya / skala rumah tangga.
Dalam pengalaman kami, EshaFlora Plant and Tissue Culture
melaksanakan kultur jaringan skalarumah tangga sejak tahun 1996,
semakin lama kami semakin memahami bagaimanamengantisipasi kondisi skala
rumah tangga dalam melaksanakan setiap tahapankultur jaringan.
Pengalaman-pengalaman
praktistersebutlah yang kami ajarkan pada peserta pelatihan dan
masyarakat luasmelalui tulisan-tulisan saya seperti ini. Tapi sayangnya,
mungkin karenakelemahan saya dalam menuliskan pengalaman tersebut,
banyak orang masihmeremehkan dan menyepelekan dan menganggap mudah,
walaupun sebenarnya kalausudah memahaminya menjadi mudah jadinya, tapi
salah kaprah dalam berfikirberakibat fatal dalam pelaksanaan kultur
jaringan yang berdampak padakegagalan.
Dalam tulisan ini saya
berusahauntuk menjelaskan prinsip-prinsip dasar yang perlu diperhatikan
sertamodifikasi dan kreasi yang kami lakukan dalam pelaksanaan kultur
jaringan skalarumah-tangga.
Tujuan
- Kultur jaringan dapat dilakukan oleh banyak orang di Indonesia
- Kultur jaringan dapat dilaksanakan dalam kondisi skala rumah tangga
- Berbagai tujuan pelaksanaan metode dalam kultur jaringan dapat dilakukan dalam kondisi skala rumah tangga
Prinsip Steril Dalam Kultur Jaringan
Kultur
jaringan adalah teknologi budidaya yang menggunakan bagian dari
suatutanaman (eksplan) dan ditumbuhkan didalamsuatu wadah steril dengan
media kultur yang lengkap dan kondisi lingkungan yangsesuai dengan
keperluan pertumbuhan tanaman.
Kondisi steril didalam
teknologi budidaya kultur jaringan diperlukan karenamedia kultur
jaringan yang digunakan adalah media tumbuh yang sangat lengkapdan
subur. Media yang sangat subur dan lengkap dapat membuat bagian
tanamantumbuh dengan baik. Dan hal itu dimungkinkan bila kondisinya
steril, karenakalau tidak maka yang akan tumbuh terlebih dahulu adalah
mikrobanya. Mikroba,baik bakteri maupun jamur akan tumbuh memenuhi media
dan akan menggangguketersediaan media bagi eksplan.
Prinsip :
”Kultur jaringan harus steril karena media kulturyang sangat subur
sehingga bila tidak steril maka kontaminasi akan memenuhibotol kultur
dan eksplan tidak dapat tumbuh.”
Konsekuensi :
untuk membuat kultur tanaman yang tidakterkontaminasi maka semua proses
harus dilakukan dalam kondisi steril, semuaalat dan bahan harus dalam
kondisi steril, pengkultur dan lingkungan juga harussteril termasuk
dalam hal ini juga bahan tanaman yang mau kita kulturkan.
Realisasi :
1.Pada kondisi Laboratorium Kultur JaringanStandar Internasional.
Semua proses dilakukan dalam kondisi yang steril. Kondisi
steril dilakukan untuk semua ruangan di dalam laboratoriumkultur
jaringan, demikian pula dengan semua alat dan bahan disterilkan,termasuk
bahan tanaman yang mau dikulturkan serta orang yang melakukan
kulturjaringan. Pada kondisi yang serba sterilini maka tutup botol
kultur tidak terlalu rapat tidak menjadi masalah dan tidakmenyebabkan
kontaminasi karena kondisi laboratorium memang sudah steril.
Untuk membuat laboratorium yang ”steril dan selalu steril”
adalahtidak mudah dan tidak murah, karena berkaitan dengan mensterilkan
suatu ruanganbesar yang berisi berbagai alat dan bahan serta terjadi
keluar masuknya orangyang melakukan kultur jaringan. Dengan menggunakan alat yang berupa penyedotudara steril dengan menggunakan HEPA
atau menggunakan AC yang sekaligusberperan sebagai pensteril udara di
dalam laboratorium maka udara di dalamlaboratorium setiap harinya
dibersihkan dari mikroba Di luar laboratorium tidak steril dan didalam
laboratorium harus steril, berarti setiap keluar masuknya orang ke
dalamlaboratorium harus disterilkan dengan benar.
Disamping
itu mereka menggunakan produk-produk dengn kualitas lebih baik,misalnya
dalam menggunakan bahan desinfektan atau antibiotik mereka
menggunakanbahan-bahan yang bersifat ”pro analis” yaitu produk yang lebih murnisehingga fungsinya dapat lebih efektif.
Demikian
pula alat yang digunakan memang memadai untuk melakukan kulturjaringan.
Sebagai contoh untuk botol kultur mereka menggunakan botol kulturyang
benar-benar di pergunakan untuk kultur jaringan dengan tutup botol
yangkuat dan rapat serta kedap. Adanya oven besar tempat menyimpan botol
kulturyang sudah disterilisasi dengan menggunakan autoclave akan
menjaga kesterilanbotol kultur sebelum digunakan. Autoclaveyang
sesuai dengan standar dengan automatis mensterilkan alat maupun
mediadengan waktu 30 – 60 menit dengantekanan 1,75 psi dan suhu 121 oC, sehingga kesterilannya dapat dijamin.
Untuk
mensterilkan laboratorium kultur jaringan, para pekerja kultur
jaringan biasanya melakukanpenggunaan baju laboratorium agar debu-debu
yang menempel pada baju pekerjadapat terperangkap di dalam baju
laboratorium dan tidak mencemari lingkungan didalam laboratorium,
demikian pula dengan tangan dan kaki dicuci bersih danmulut dan rambut
di tutup dengan penutup agar tidak menyebarkan kontaminasi.Dan untuk
mengisolasi ruangan laboratorium dengan lingkungan luar maka di buat ”ruangantara/ peralihan”
, yang menghubungkan lingkungan luar dengan laboratorium.Di ruang
antara inilah debu-debu yang menempel pada orang yang mau
masuklaboratorium disedot dengan menggunakan exhouse., bahkan ada yangdisemprot dengan kabut desinfektan (orangnya telah di beri tutup hidung dantutup kepala).
Kedisiplinan dan SOP (Prosedur OperasionalStandar)
yang baik dapatdilaksanakan dengan konsisten sehingga semua berjalan
dengan standar yang telahditentukan, hal ini akan banyak mengurangi human error dan akan mudahdievaluasi bila ada permasalahan. kontrol kualitas serta jaminan mutu dilaksanakan dengan baik.
2. PadaKondisi Laboratorium Kultur Jaringan di Indonesia Secara Umum
Kondisi
laboratorium kultur jaringan di Indonesia secara umum, yang diperguruan
tinggi maupun di litbang, banyak yang serba nanggung. Secara fisik laboratorium sudah cukup baikdengan kondisi fisik yang memadai,
mulai dari fasilitas bangunan, peralatandan bahan serta fasilitas
kerja. Walaupun banyak juga yang jauh dari standarfisik yang
dipersyaratkan.
Seringkali terjadi, pengelolalaboratorium kultur jaringan tidak mampu mempertahankan standar dan kondisisteril laboratorium kultur jaringan. Pada
awal pembuatan laboratorium kulturjaringan kondisi sterilitas dalam
laboratorium cukup baik, tapi setelah setahunlebih, bukannya lebih baik,
tapi akumulasi debu yang masuk ke dalam laboratoriumsemakin banyak
dengan adanya keluar masuknya petugas laboratorium tidaktertangani
dengan baik.
Oleh sebab itulah tingkat
kontaminasi meningkat karena pengelolaanlaboratorium yang kurang baik
dan tutup botol yang kurang kuat, apalagi kalauAC di dalam laboratorium
mati makakontaminasi akan meningkat secara drastis. Hal ini disebabkan
tidak sterilnyalaboratorium kultur jaringan dan tidak kuatnya tutup
botol sehingga udara masukke dalam botol membawa debu / mikroba, kontaminasi
tidak akan terjadi bilaruang laboratorium steril atau tutup botol
kulturnya kuat sehingga tidak adaudara yang dapat masuk ke dalam botol
kultur,
Menjaga laboratorium selalu dalam
kondisi steril adalah sesuatu yang masihsulit diwujudkan di Indonesia,
hal ini disebabkan tidak disiplinnya tenagakerja di laboratorium dan
lemahnya manajemen laboratorium kultur jaringan dalam menjaga
agarlaboratorium kultur jaringan tetap steril
Untuk
menengakkan disiplin dan menegakkan aturan laboratorium agar tetapsteril
membutuhkan pelaksanaan teknis yang cukup ketat. Dan sebagian
praktisimenyepelekan dan beranggapan, ”ahkalau tidak dilakukan juga tidak apa-apa, tidak pengaruh koq, tetap bersih”.
Padahal bersih dan steril adalah sesuatu yangsangat beda. Bersih lebih
pada yang terlihat oleh mata, sedangkan steril adalahkeberadaan mikroba
secara real di dalam laboratorium yang tidak akan terlihatoleh mata
telanjang.
Untuk menjaga agar laboratorium kultur jaringanselalu berada pada kondisi yang steril ada beberapa hal yang dapat dilakukan:
1.
Penyedotan debu/mikroba denganvacum cleaner baik lantai maupun rak,
dibawah rak, dinding, semuanya.. Seringkalilaboran yang malas, hanya
akan mengerjakan yang terlihat oleh mata, sedangkanyang tidak terlihat
dan tidak terjangkau tidak dikerjakan, misalnya di bawahrak, bawah meja,
diatas rak, dinding atau atap laboratorium bagian belakang danatas
laminar dll.
2. Mengepel / melap semua bagiandalam
laboratorium dengan menggunakan bahan desinfektan yang bagus. Bila
susah dilap maka dapat dilakukanpenyemprotan seperti di antara
botol-botol kultur, di sela-sela rak, di pojokandan bawah rak dll.
3.
Mengurangi debu yang masuk kedalam lab dengan menggunakan baju lab,
penutup kepala dan penutup hidung sertamencuci tangan dan kaki.
4.
Mengurangi mikroba yang terdapatdi dalam laboratorium dapat dilakukan
dengan berbagai cara seperti menggunakanlampu UV di dalam ruang
laboratorium, menggunakan AC plasma cluster,menggunakan ionizer,
menggunakan ozonizer, menggunakan penyedot udarasteril. Semakin canggih
dan efektifefisien alat yang digunakan untuk membunuh dan mengeliminir
mikroba makahasilnya akan lebih baik.
Jadi
prinsipnya laboratorium kultur jaringan yang steril akan dapatmengurangi
kontaminasi kultur jaringan bila memang bila kultur tanaman
tersebutsteril sejak inisiasi (penanaman awal). Tapi bila sejak awal
memang kulturtersebut kontaminasi misalnya kontaminasi secara sistemik,
maka kondisilaboratorium kultur jaringan yang steril tidak akan
berpengaruh, tidak akandapat mengurangi atau menurunkan kontaminasi.
3. Pada Kondisi Laboratorium Kultur JaringanSkala Rumah Tangga
Laboratorium
kultur jaringan skala rumah tangga adalah laboratorium kulturjaringan
yang pada umumnya dilakukan oleh perorangan dan swasta dengan
kondisiyang serba terbatas dan pada umumnya pelaksanaan dilakukan di
rumah ataubangunan yang ada di ”sulap” menjadi laboratorium kultur
jaringan.
Keterbatasan yang ada bukan berarti mengabaikan
prinsip-prinsip kulturjaringan tanaman. Prinsip tersebut harus tetap di
perhatikan hanya mungkindapat diperkecil ruang lingkupnya, atau mungkin
dapat dimodifikasi dansebagainya.
3.1. Prinsip Steril.
Dalam kultur jaringan wajib steril (pada kasusmikroba indofet tidak harus steril).
Pada laboratorium kultur jaringan standar internasional, maka
semuakegiatan kultur jaringan berada dalam ruangan steril, semua alat
dan bahandalam kondisi steril demikian pula dengan pengkultur juga harus
dalam kondisisteril. Hal ini adalah tidak mungkindilakukan dalam
kultur jaringan skal rumah tangga, karena terlalu mahalbiayanya. Untuk
itu maka kita melakukan pneyusutan runag lingkup yang wajibsteril. Dalam
kultur jaringan skala rumah tangga, maka yang wajib sterilhanyalah: 1.
Di dalam autoclave, 2. Di dalam botol kultur, 3. Di dalam LaminarAir
Flow Cabinet atau Enkas kaca. Dan selain itu boleh tidak steril,
tapi masalah akan timbul adalahkesemuanya (ketiga hal yang wajib steril
tersebut) bersentuhan denganlingkungan yang tidak steril, dan ini sangat
sulit untuk tetap mejaga agar ketiga bagian tersebut tetap steril.
3.1.1. Autoclave
Autoclave adalah alat untuk mensterilkan peralatan dan bahan kulturjarimgan. Hal yang perlu diingat adalah pada kondisi skala rumah tangga,maka kondisi lingkungan adalah tidak steril.
Oleh sebab itulah maka setelah selesai prosessterilisasi dengan
menggunakan autoclave, maka pada saat membuka autoclaveberarti udara
yang tidak steril akan masuk dan mengkontaminasi alat danbahan. Bila
alat-alat tidak di lapisidengan lapisan koran/ kertas saring yang rapat
dan benar maka berpeluangmasuknya udara yang mengandung mikroba
mengkontaminasi alat-alat. Demikian pula dengan media kultur
jaringantanaman yang di autoclave bila tidak langsung di kuatkan
penutupnya atau karetpenutupnya, maka akan menyebabkan masuknya udara
yang membawa kontaminan kedalam botol kultur steril dan akan
mengkontaminasi media dan akan menyebabkankontaminasi.
Autoclave
adalah sistem sterilisasi basah, jadi tekanan uap air dan suhuyang
tinggi akan mensterilkan media kultur dan alat-alat. Banyak laboran dan
teknisi lupa, bahwa airyang ada di dalam autoclave, serta autoclave bagian dalam harusnya berada dalamkondisi yang bersih dan steril.
Jadisebaiknya setiap kali pakai maka autoclave dan air di dalamnya
dibersihkan dandiganti dengan air bersih/ steril sebagai tindakan
kehati-hatian.
Acuan bahwa untuk mensterilkan di butuhkan 1,75psi, dan suhu 121 oC selama 1 jam untuk alat dan 30 menit
untuk media kultur ternyata harusmendapatkan perhatian benar.
Untukautoclave yang tidak automatis, maka seringkali autoclave ”Ngejos”
(Katup pengaman Autoclave terbuka sehinggamengeluarkan sebagian
tekanangas dari dalam autoclave dengan mengeluarkan bunyiyang cukup
keras), dan setiap kali ngejos akan menyebabkan tekanan dan suhumenurun
memakan waktu sampai sekitar 15menit untuk sampai pada kondisi 1,75 psi
dan suhu 121oC, menurunnya tekanan dansuhu sekitar 15 menit setiap
”ngejos” akan membuat proses sterilisasi autoclavemenjadi tidak efektif.
Dan
sebaliknya untuk media kultur jaringan organik, seringkali
sterilisasiautoclave 20-30 menit masih kurang, terlihat dari
seringkalinya kontaminasiuntuk media kultur jaringan organik. Sebaiknya
untuk media organik lamanya waktu autoclave adalah 40menit. Tapi hal
ini juga harus hati-hatikarena pada autoclave yang besar atau
autoclave listrik seringkali naiknyasuhu dan tekanan autoclave sampai
pada tekanan dan suhu yang diharuskan membutuhkanwaktu yang lama,
bisa mencapai 30 – 40 menit untuk mencapai tekanan dansuhu yang
diinginkan yaitu 1,75psi dan 121 oC, demikian pula setelah selesaiproses
autoclave turunnya suhu dan tekanan juga membutuhkan waktu yang lama
(30-40), berarti kalau di total lamanya media ter-autoclave mulai dari
naiknyasuhu, sampai selesai waktu sterilisasi pada suhu dan tekanan yang
diharuskan(20 – 30 menit) dan turun kembali membutuhkan waktu 30 + 30 +
30 = 90 menit,hal ini terlalu lama dan seringkali membuat media kultur
menjadi rusakkepanasan.
3.1.2. Botol Kultur jaringan Tanaman Steril
Dalam
kultur jaringan skala rumah tangga, maka kesterilan botol kulturadalah
wajib. Botol kultur perlu diautoclave demikian pula denganmedia kultur
setelah itu botol kultur di tutup yang rapat. Setelah media kultur di pakai untukmenanam kultur maka tutup botol perlu ditutup yang ”sangat rapat”.
Saya katakan demikian dengan maksud bahwatidak boleh sedikitpun udara
di luar botol masuk ke dalam botol kultursteril. Bila udara luar bisa
masuk kedalam botol maka akan menyebabkan kontaminasi karena udara di
luar botol tidaksteril. Demikian pula sebaliknya botolkultur mau di
taruh di manapun, mau di taruh di luar atau di bawa kemanapunasal tidak
bocor dan udara tidak masuk maka kultur akan tetap steril.
Masalahnya
botol kultur yang digunakan di banyak laboratorium kulturjaringan
adalah botol bekas yang di pakai ulang sebagai botol kultur,
misalnya:botol selai, botol saos, dan botol obat dll. Dengan demikian
tidak ada tutupbotolnya atau ada juga yang membuatkan tutup botol untuk
botol bekas tersebut,tapi seringkali tutup tersebut tidak mampu menutup
botol kultur dengan benar-benarkuat, sehingga bocor. Hal ini terlihat
pada saat AC dalam laboratorium kulturjaringan mati maka terjadi
perbedaan tekanan udara di dalam botol kultur dengandi luar botol kultur
yahg berakibat masuknya udara yang membawa mikroba.danakan menyebabkan
kontaminasi
Kenapa kita menggunakan botol kultur dengan
botol bekas karena harganyasangat berbeda jauh. Botol bekas yang
digunakan dalam kultur jaringan harganyahanya Rp. 1.500 / botol,
sedangkan botol kultur jaringan yang memang khususuntuk kultur jaringan
dan harus impor dari luar harganya sekitar Rp. 25.000 / botol.
Permasalahan
pada skala rumah tangga adalah pada saat botol kultur sudah
ditutupdengan sangat rapat dan kemudian mau di subkultur maka yang perlu
diingatadalah bahwa di luar botol kondisinya tidak steril, sehingga
tutup botol yangtidak steril, seringkali menyebabkan kontaminasi karena
proses pengamanan botolkultur hanya dengan disemprot alkohol tidak
cukup, karena kemungkinan adabagaian-bagain atau sela-sela tutup botol
plastik yang mengandung mikroba yangtidak kena alkohol, dan mikroba
tersebut masuk ke dalam botol kultur pada saatdibuka dan menyebabkan
kontaminasi
Botol kultur steril harus di sterilkan
dulu bagian luarnya termasuktutupnya agar tidak ada mikroba yang jatuh
dan masuk ke dalam media kultur. Salahsatu alternatif, amannya (agar
benar benar steril semua bagian luarnya) adalahdengan merendam botol
kultur yang mau di subkultur ke dalam larutan alkohol 70%.
Bila
kita menggunakan enkas maka botol kultur tanaman dan botol kultursteril
yang akan digunakan dalam subkultur dan semua peralatan tanaman
sudahdimasukkan ke dalam enkas dan kemudian disemprot dengan alkohol 70
%, malamsebelumnya/ sehari sebelumnya.
3.1.3. Laminar Air Flow Cabinet atau Enkas Kaca
Bagian dalam laminar danbagian dalam enkas adalah ruang atau bagian yang harus steril,
karena diruang atau bagian tersebutlah akan dilakukan penanaman atau
subkultur. Pada Enkas sebenarnya akan lebih aman karenalebih tertutup
dari bagian luar, maka pada tahap awal sterilisasi enkas
herusbenar-benar steril. Demikian pula dengan semua alat dan bahan yang
akandigunakan dalam pekerjaan di enkas tersebut harus steril.
Sedangkan
pada laminar maka arus angindari dalam laminar harusnya steril, tapi
kebanyakan laminar lokal yang dibuatdi Indonesia hanya menggunakan
filter seadanya , sebaiknya menggunakan filterHEPA yang memang dibuat
dengan standar yang baik. Arus udara yang lemah dari laminar
seringkalikalah dengan arus angin yang dari luar yang sering kali
membawa kontaminan,walaupun di dalam laboratorium. Oleh sebab itu,
kesterilan ruang tanam atauruang kerja dengan laminar sebaiknya steril
untuk menjaga dari kontaminasi. Arus angin yang lebih kuat tersebut
bisaberasal dari angin yang muncul dari pembicaraan, angin akibat
tekanan udaradari batuk, gerakan tubuh yang menimbulkan angin, arus
angin AC dll.
Pada kondisi skala rumah tangga,bila ruang
sudah dibuat tertutup rapat, maka tahap selanjutnya tinggal
membuatsteril ruangan, bisa dengan cara konvensional yaitu di lap atau
di pel denganmenggunakan bahan desinfektan dan juga yang di rak bisa
disemprot denganmenggunakan alcohol 70%. Atau kalau adadana maka ada
baiknya juga agar lebih praktis adalah dengan memasang lampu UVdi ruang
tanam, dan menggunakan pembersih/ pensteril udara, dan kalau
bisamenggunakan AC plasma cluster (AC pembunuh kuman), berdasarkan
pengalaman danlaporan dari beberapa peserta pelatihan kultur jaringan
hal ini hasilnya cukupsignifikan. Setelah penanaman maka
tahapselanjutnya adalah menguatkan karet tutup botol sekuat-kuatnya agar
kitabenar-benar yakin tutup botol tidak akan bocor lagi yang dapat
menyebabkanudara masuk ke dalam botol dan menyebabkan kontaminasi.
3.2. jadimana yang harus dipilih:
Skala rumah tangga atau StandarInternasional ?
Banyak
orang tidak dapat membedakan dan tidak dapat memilih mana
alternatifyang terbaik antar kedua kondisi tersebut. Apakah dia akan
membangun Lab.Kultur jaringan skala rumah tangga atau lab. Kuljar
(kultur jaringan) standar internasional.
Laboratorium Kultur jaringan Standar Internasional
Sebenarnya
sederhana saja. Hal initergantung tujuan dan jumlah modal yang
dimiliki bila kita memiliki modal yangbesar dan akan memproduksi bibit
dalam jumlah yang besar dan ingin agar tingkatkontaminasinya sedikit
mungkin maka pilihannya adalah membuat laboratoriumkultur jaringan yang
berstandar internasional. Tapi jangan lupa di dalam merencanakan usaha
kultur jaringan standarinternasional harus direncanakan dan difikirkan
juga dengan biayaoperasionalnya pada tahap awal mulai berjalannya
laboratorium kultur jaringansampai satu – dua tahun ke depan.
Misalnyabiaya yang diperlukan untuk memproduksi bibit kultur jaringan
dengan kapasitas1 juta bibit, maka pengadaan bahan dan alatnya dapat
mencapai sekita 1-2Milyar, belum termasuk fasilitas untuk aklimitasi dan
pembesaran (nursery) makaakan memakan biaya juga sekitar 1 Milyar. Dan
juga yang harus diingat adalahbiaya operasional awal selama satu sampai
dua tahun harus di alokasikan dan inimencakup biaya operasional
laboratorium, seperti listrik, air, gas, bahan habispakai serta honor
untuk tenaga kerja/ pegawai diperkirakan akan mencapai 1, 5 Mjadi total biaya dapat mencapai 3 – 4,5 Milyar.
Kapasitas
tersebut akan mampu memproduksi satu juta bibit setiap 3bulannya, jadi
dalam satu tahun akan dapat memproduksi 12 juta bibit,
demikianseterusnya. Keuntungan akan mulai didapat saat memproduksi
ulang bibit kultur jaringan pada tahun-tahunberikutnya. Ditahap awal
saja bilaproduksi bibit mencapai 12 juta dan bila harga bibit kita
masukkan dengan hargayang rendah yaitu Rp. 1.000,-maka nilai nominal
penjualan bibit kulturjaringan menjadi: Rp. 1.000,- x 12.000.000 =
Rp.12.000.000.000,- (12 Milyar). Dengan demikian bila di tahun
pertama sajakita hanya memproduksi sepertiganya saja, berarti Rp.
4.000.000.000,- (4Milyar) maka kita sudah balik modal.
Permasalahan
yang timbul adalah akan dikemanakan semua bibit tersebut
akandipasarkan? Walaupun secara teoritis maka kebutuhan bibit adalah
sangat besar,tapi bagi pemain pemula yang tidak bermain di agribisnis
pohon atau tanamanmaka tidak akan terbayang akan dipasarkan kemana bibit
hasil produksi tersebut.
Kebutuhan tumbuhan atau pohon
bila dilihat dari lahan yang harus direhabilitasi saja misalnya 30 juta
hektar, dan bila per hektar ditanami 400pohon maka jumlah bibit yang
diperlukan adalah 12 milyar pohon itu baru lahanmilik pemerintah belum
lagi lahan milik masyarakat yang perlu ditanami.
Laboratorium Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga
Lalu
bagaimana dengan orang yang ingin melakukan kultur jaringan tapi
tidakpunya modal yang memadai untuk investasinya. Untuk itulah maka ia
dapat memilih alternatif pengembangan laboratoriumkultur jaringan skala
rumah tangga. Pengembangan Laboratorium skala rumahtangga tidak harus
investasi dalam jumlah besar tapi bisa dengan dana yangseminim mungkin. Untuk kapasitas 1.000 kultur Esha Flora membuat paket alatdan bahan seharga 8 juta rupiah. Dengan nilai tersebut maka ia dapatmemproduksi bibit 1.000 x 4 kali = 4.000 bibit dalam setahun.
Untuk laboratorium kultur jaringan skala rumahtangga maka sebaiknya pilihan bibit yang mempunyai nilai komersial yang tinggi
sehingga jumlah tidak perlu banyak.Pemilihan jenis tanaman bisa
memilkih misalnya : jenis tanaman hias yangeksotik seperti tanaman hias
variegata, tanaman hias Encelopartos horidus,jenis tanaman buah eksotik dll. Bilabibit
hasil kultur jaringan bisa kita hargakan Rp. 10.000,- maka nilai
nominalyang di dapatkan adalah : Rp. 10.000 x 4.000 = Rp. 40.000.000/
tahun. (40juta/tahun)
Permasalahannya adalah
kekonsistenan dan keuletanuntuk menepati dan mengikuti rencana dan
target yang sudah di buat adalah tidakmudah, apalagi berkaitandengan
barunya teknologi kultur jaringan dan masih belum terbiasanya
untukberagribisnis, tidak mempunyai jiwa interpreuner.
Daftar Pustaka
- loyalgardeners.wordpress.com
- tcbanana.blogspot.com
- www.plantmarketinginternational.com
- www.picstopin.com
- www.ncare.gov.jo
- www.fmhs.auckland.ac.nz
- www.juit.ac.in
- www.tissuecultureaustralia.com.au
- www.planthaven.com
- www.minitubers.co.za
- www.genomics.cn
- www.galiltec.com
- www.gardendesignacademy.com
- mylacarlotaexperience.blogspot.com
- www.teriin.org
- www.bio-equip.cn
- www.bnl.gov
- www.doitung.org
- www.matsuinursery.net
- in102300733.trustpass.alibaba.com
- www.sanherb.com
- www.olijrozen.nl
0 comments