Steril Faktor Terpenting dalam Kultur Jaringan
Oleh
Ir. Edhi Sandra MSi
2. Kepala Laboratorium Bioteknologi Lingkungan PPLH IPB Bogor
3. Pemilik Esha Flora Plant And Tissue Culture Bogor
Pendahuluan
Banyak orang salah di dalam menentukan prioritas faktor yang mempengaruhi kualitas laboratorium kultur jaringan.
Demikian pula dengan menganalisa faktor tersebut masih salah persepsi sehingga dalam pelaksanaannya faktor tersebut tidak tepat sasaran sehingga tidak bermanfaat optimal terhadap tujuan yang diinginkan.
Persepsi Kurang Tepat Tentang Laboratorium Kultur Jaringan
Laboratorium kultur jaringan dipersepsikan sebagai ruang yang
tertutup, ber AC dan banyak lampunya. Hal inilah yang dijadikan acuan di
dalam membuat lab kultur jaringan. Padahal tidak tepat seperti itu yang
seharusnya.
Ruang Tertutup
Di dalam
laboratorium kultur jaringan bukan ruang tertutupnya yang menjadi acuan,
tetapi terisolasinya suatu ruangan dari kontaminasi mikroba. Jadi
maksudnya ruangan tertutup tidak menjamin ruangan tersebut otomatis
menjadi steril. Dan yang terpenting adalah ”sterilnya” bukan
”tertutupnya”. Berarti dalam hal ini yang sebenarnya adalah ruang
laboratorium kultur jaringan harus steril dan tetap selalu dijaga agar
tetap steril sepanjang waktu. Bagaimana membuat steril ruang kultur
jaringan dan menjaganya agar tetap steril sepanjang waktu, itulah yang
penting diperhatikan.
Ruang Steril
Definisi
ruang steril dalam lab kultur jaringan adalah suatu ruangan yang kedap
(terisolasi dari luar), yang kemudian disterilkan. Sterilisasi ruang
laboratorium kultur jaringan dapat dilakukan dengan cara mentserilkannya
dengan formalin yang diuapkan, alkohol dengan cara disemprotkan atau
dengan menggunakan lampu UV atau dengan AC Plasma clastur (AC yang dapat
membunuh kuman).
Menjaga ke”sterilan” laboratorium kultur
jaringan seringkali dilupakan atau pemahaman mengenai steril bagi
sebagian masyarakat masih disamakan dengan bersih. Padahal bersih belum
tentu steril. Menjaga ruangan laboratorium kultur jaringan agar tetap
steril memerlukan perawatan yang rutin yang bersifat harian, mingguan,
smesteran dan tahunan. Semua hal yang dapat mengurangi dan menghambat
masuknya mikroba ke dalam laboratorium kultur jaringan dapat kita
lakukan, diantaranya:
1. Menjaga agar ruangan selalu
dalam kondisi kedap (terisolasi dari luar). Masuknya udara luar
biasanya pada kondisi laboratorium kultur jaringan konvensional terjadi
pada saat pintu laboratorium dibuka maka udara luar ikut masuk yang akan
membawa mikroba yang akan menyebabkan kontaminasi Oleh sebab itulah
sebaiknya ada ruangan kecil yang berperan sebagai antara, yang di
ruangan tersebut digunakan untuk menyedot debu yang ada saat orang
tersebut berada diruangan tersebut dan dilakukan sterilisasi dengan
menyemprotkan uap alkohol yang tidak membahayakan manusianya.
2.
Masuknya orang ke dalam ruang laboratorium pasti akan membawa mikroba
yang menempel di baju dan celana, rambut dan muka, tangan yang pada
akhirnya akan menyebabkan terakumulasinya laboratorium dengan mikroba,
karena kondisi laboratorium yang kedap. Bila tidak dilakukan
antisipasinya maka laboratorium akan semakin terkontaminasi oleh
mikroba dan akan menyebabkan menurunnya persentase kontaminasi kultur
jaringan. Oleh sebab itulah maka orang yang masuk ke dalam laboratorium
sebaiknya mengenakan tutup rambut, mengenakan baju laboratorium dan
mencuci tangannya terlebih dahulu sebelum masuk. Penggunaan baju lab
selain menjaga tubuh atau pakaian dari bahan kimia juga menjerap mikroba
dan debu yang masih menempel pada pakaian sehingga tidak beterbangan di
dalam laboratorium. Demikian pula dengan tutup kepala, sangat efektif
untuk menjerap debu dan mikroba yang menempel pada rambut.
3.
Menggunakan tutup hidung dan mulut sebaiknya juga perlu dilakukan,
karena bila orang yang masuk ke dalam laboratorium itu sedang sakit flu,
maka mikroba dapat tersebar melalui mulut dan hidung ke dalam ruangan.
Hal ini dapat diantisipasi dengan tutup hidung dan mulut tersebut.
4.
Menserilisasi LAFC (Laminar Air Flow Cabinet) merupakan kegiatan rutin
harian yang perlu dilakukan sebelum dan sesudah kerja. Hal ini perlu
untuk menjaga agar kondisi laminar selalu dalam kondisi steril. Hal
yang perlu dilakukan adalah denganmembersihkan prefilter dari laminar
tersebut secara berkala, dan mensterilisasi ruang kerja laminar dengan
menyemprotkan alkohol dan menyalakan lampu UV yang ada pada laminar
tersebut pada saat tidak digunakan.
5. Mengepel ruang
laboratorium merupakan kegiatan harian yang wajib dilakukan untuk
menjaga agar kondisi lab selalu dalam kondisi steril. Debbu dan mikroba
yang terbawa dan terjatuh di lantai lab di pel dengan bahan desinfektan.
6.
mentserilisasi ruangan atau udara dalam laboratorium dapat dilakukan
juga setiap hari dengan menggunakan UV atau AC yang dapat membunuh kuman
maupun ozonizer dan sebaiknya dalam ruangan tersebut terdapat alat yang
berupa filter yang selalu menyaring debu dan mikroba dalam ruangan
tersebut.
7. Mensterilisasi rak kultur dan botol kultur perlu
dilakukan setiap minggu dengan menggunakan vacum dan menyemprotkan bahan
desinfektan (yang mudah menguap) atau mengelap dengan desinfektan
lainnya tapi dijaga agar rak dan kultur tidak menjadi basah karena
sterilisasi tersebut.
8. Sterilisasi besar dilakukan setiap
semesteran atau tahunan dengan tujuan agar laboratorium selalu berada
dalam kondisi steril dan tidak terjadi akumulasi debu dan mikroba.
Sterilisasi adalah membersihakan semua yang ada di dalam lab tersebut
baik ruangan laboratorium maupun alat-alat baik dengan menggunakan
formalin maupun yang lainnya.
0 comments