PERCEPATAN KEMANDIRIAN DAN PENINGKATAN PENGUASAAN BIOTEKNOLOGI MASYARAKAT INDONESIA DALAM MENGHADAPI MEA

By 2:30 PM




Oleh
Ir. Edhi Sandra MSi
1. Kepala Unit Kultur Jaringan Bagian Konservasi Tumbuhan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
2. Kepala Laboratorium Bioteknologi Lingkungan PPLH LPM IPB Bogor
3. Pemilik Esha Flora, Plant and Tissue Culture.

Kondisi Indonesia Saat ini

Indonesia adalah negara “Mega Biodiversity”, Indonesia terletak di daerah Tropis, yang berlimpah sinar marahari sepanjang tahun. Indonesia terletak di dua benua dan dua samudra yang menyebabkan Indonesia berlimpah air dan kondisi nyaman, tidak ekstrim. Indonesia terdiri dari banyak pulau dengan keanekaragaman biota lautnya, keindahan alam, pegunungan, air terjun dan keindahan pemandangan bawah laut. Kondisi seperti ini seharusnya mampu membuat Indonesia berjaya di dunia internasional. Indonesia sangat kaya, sangat potensial, sangat menggiurkan bagi negara-negara lain. Oleh sebab itulah negara Indonesia menjadi incaran bagi negara-negara maju, baik dengan niat baik maupun niat yang tidak baik. Oleh sebab itulah maka WAJIB mandiri, wajib pintar dan pandai, wajib berakhlak dan beriman dan takwa agar kita tidak dipermainkan oleh pihak-pihak yang berniat tidak baik.
Sumberdaya Indonesia sangat beragam, karena terdiri dari berbagai suku dengan adat istiadatnya, hal ini membuat kaya ragam dengan tingkat IQ yang tidak kalah dengan negara –negara maju. Putra-putri bangsa Indonesia sudah banyak yang mengukir prestasi di dunia internasional. Indonesia adalah negara yang besar, bangsa dengan peradaban yang tinggi, Bangsa Indonesia berpenduduk yang sangat besar, hanya sayangnya masih sekitar 60% masih berpendidikan sangat rendah. Untuk itulah maka kita wajib mengangkat dan mempercepat peningkatan kualitas SDM bangsa, harus mempercepat penguasaan ilmu dan teknologi. Dan yang juga perlu mendapatkan perhatian adalah bahwa dari 60% penduduk Indonesia yang berpendidikan rendah tersebut pada umumnya adalah masyarakat dengan profesi petani dan nelayan yang tersebar di pelosok desa, hutan dan pantai. Justru petani dan nelayan itulah yang mendukung swasembada hasil pertanian. Jadi sudah sewajibnya kita harus membantu dan meningkatkan SDM petani dan nelayan untuk meningkatkan kesiapan dan kemandirian dalam bidang bioteknologi
Petani dan nelayan bukanlah orang yang bodoh, mereka hanya belum mendapatkan kesempatan untuk belajar, mereka tidak berdaya untuk meningkatkan kualitas diri, karena sibuk hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Karena pada dasarnya kebutuhan untuk hidup lebih mendasar dibandingkan pendidikan, kalau mereka harus memilih. Mereka hanya perlu di beri peluang dan kesempatan untuk bangkit, Kemampuan mereka untuk belajar dan mau tahu sangat tinggi, tapi pihak-pihak yang mau mengajari mereka dengan santun dan sabar yang belum banyak. Mereka ingin maju, mereka ingin melakukan perubahan, mereka ingin menguasai bioteknologi, tapi bagaimana?.....siapa yang mau membantu dan menolong mereka….mereka tidak ingin dikasihani…mereka tidak mau terus menerus merepotkan orang…mereka hanya butuh kesempatan dan peluang untuk mandiri
Sayangnya iptek hanya beredar dan berputar disekitar orang berada saja, disekitar orang berduit saja, disekitar orang yang mengerti IT saja, mereka para petani dan nelayan sangat haus dengan iptek, mereka sangat butuh orang-orang yang mau mengajarkan mereka dan memberdayakan mereka., tapi bukan hanya sekedar objek untuk uji produk pertanian, hanya sekedar penyelesaian proyek pertanian, sekedar ujicoba ilmu baru……. mereka hanya dijadikan sekedar objek…tidak ada pihak yang benar-benar menghargai mereka sebagai subjek…sebagai rakyat yang juga berhak untuk hidup layak dan sejahtera.
Persaingan yang mulai keras, ekonomi yang mulai sulit, harga-harga yang membumbung tinggi membuat hampir setiap orang focus dalam melindungi keluarga diri dan keluarganya dari semua masalah tersebut, sehingga tidak ada yang benar-benar memikirkan petani dan nelayan tersebut.

Para ilmuwan di perguruan tinggi sibuk dengan pengembangan ilmu tapi tidak ada yang menyebarkan dan mengajarkan pada petani dan nelayan. Sulit dan mahalnya biaya penelitian membuat mereka lebih suka “mempatenkan hasil penelitiannya” jadi yang hanya dapat merasakan iptek baru tersebut hanyalah orang berduit. Para peneliti di litbang sibuk meneliti dan mengembangkan keilmuan dan teknologi, dan mereka lebih senang penemuan barunya hanya untuk pihak yang mau membiayai dan memberikan imbal balik untuk membiayai hidup keluarga dan profesinya. Dengan demikian iptek saat ini hanya untuk orang berduit, hanya untuk orang berpendidikan, hanya untuk orang yang mengetahui IT, sementara petani dan nelayan masih sibuk dengan system pertanian yang sangat konvensional dan sangat tradisional. Ditambah dengan harga-harga pupuk dan benih yang melambung tinggi, dengan demikian petani dan nelayan saat ini berstatus dalam kondisi darurat untuk mempertahankan hidup diri dan keluarganya jauh dari cukup dan sejahtera.

Semangat Membantu Rakyat
Indonesia saat ini sedang sakit, sakit dengan hal-hal yang tidak baik. Sistem yang tidak baik, tapi sebenarnya secara sporadis, secara perorangan, saya tahu..bahwa ada orang-orang super di antara masyarakat. Orang-orang yang dengan kasih sayang, orang-orang yang dengan kecintaannya mau bersusah payah mengurus anak-anak di desa, mengurus masyarakat miskin di sekitar hutan, mereka tidak silau dengan pihak-pihak yang bergelimang dengan uang dan kekayaan. Mereka sibuk bergelimang lumpur di sawah, mereka berkecimpung di sungai, mereka berkotor-kotor di hutan. Mereka diam-diam sedang merintis dan membina penerus bangsa yang tangguh dan kuat, mereka membina penerus bangsa yang berakhlak dan bertakwa yang menguasai iptek dan teknologi. Mereka tidak dibayar bahkan mereka berkorban mengeluarkan uang untuk itu,. Ya Allah bantulah pihak-pihak yang memang mau memberdayakan bangsa Indonesia ini.
Saya sebagai dosen IPB, saya sebagai komponen masyarakat, banyak bertemu dengan berbagai pihak yang datang ke Esha Flora, maupun berkomunikasi via dunia maya dan ternyata banyak dari mereka menyimpan dan memiliki motivasi dan semangat yang sangat tinggi dan luhur. Secara personal mereka mempunyai niat suci untuk mengembangkan masyarakat. Secara personal, secara individu rakyat dan bangsa Indonesia, hanya saat ini system dan oknum-oknum yang berniat jelek yang masih berkuasa dengan uang dan kekuasaannya. Tapi Insya Allah, daya regang, daya dobrak untuk membuat Indonesia lebih baik sudah menyebar dimana-mana. Semoga Indonesia dalam kondisi aman sentausa dengan perubahan yang halus dan lancar membuat Indonesia lebih baik. Bangsa dan rakyat kita adalah bangsa dan rakyat yang beradab dan berprilaku luhur, dengan sikap dan tingkah laku dan pola fikir yang bijaksana dan penuh kasih sayang.
Kelompok-kelompok keilmuan, kelompok profesi, kelompok pertanian, kelompok bidang usaha sangat banyak di masyarakat dan di dunia maya mereka terus berkembang menyerap ilmu dan teknologi. Mereka saling bantu, saling belajar dan diskusi, belajar dan mengembangkan iptek dan usaha. Tapi seringkali mereka terhalang oleh permasalahan yang muncul dan mereka bereksperimen berdasarkan pengalaman dan background keilmuannya. Seringkali pemecahan masalah menjadi sangat bias dan tidak mendasar, tapi ada juga yang secara tidak sengaja berhasil memecahkan permasalahan tapi tidak tahu juga kenapa hal itu bisa terjadi. Usaha mereka untuk maju, usaha mereka untuk berkembang sangat kuat, bila saja hal ini disupport dengan sumber-sumber iptek yang kuat, maka mereka akan sangat hebat.

Pengembangan Bioteknologi Di Masyarakat
Berusaha menyeimbangkan antara bertahan hidup dengan usaha pengabdian pada masyarakat Oleh sebab itulah maka Esha Flora memilah di satu sisi membuat program –program yang dapat menghasilkan uang dengan paket yang padat dan optimal sehingga program tersebut benar-benar dapat membantu pihak-pihak yang memerlukan. Disamping itu Esha Flora juga membuat paket-paket pengabdian berupa pelatihan gratis, magang, Praktek kerja lapang siswa dan mahasiswa, diskusi keilmuan dan teknologi, membentuk kelompok profesi dan bidang usaha dan konsultasi-konsultasi gratis pada masyarakat umum. Esha Flora juga secara aktif melakukan penelitian dalam memecahklan permasalahan yang ada di masyarakat, membantu perusahaan dalam pengembangan bioteknologi dan sebagainya.
Dalam memberikan konsultasi gratis maka Esha Flora berusaha memberikan konsultasi, jawaban dan komen di dunia maya melalui facebook, blog, email web, sms maupun telpon. Esha Flora terus membina para alumni Esha Flora yang bergerak di berbagai bidang pertanian, sebagian ada yang sukses dan sebagian sibuk riset dan sebagian ada juga yang dorman dan stop karena berbagai halangan. Dari pemantauan kami pengembangan kultur jaringan dan bioteknologi di Indonesia sudah mulai diterapkan diberbagai bidang, hanya jumlah dan besarannya saja yang masih tergolong sedikit bila dibandingkan pelaku pertanian yang sangat besar diIndonesia.
Untuk mempercepat penguasaan dan kemandirian bioteknologi maka Esha Flora membuat kebijakan :
1. Membuka diri untuk semua siswa dan mahasiswa di seluruh Indonesia yang mau praktek, magang, dan penelitian di Esha Flora.
2. Membuka diri bagi masyarakat yang mau berkunjung ke Esha Flora dan melihat kondisi pengelolaan kultur jaringan skala rumah tangga.
3. Memberikan pelatihan gratis dan layanan social bagia masyarakat pada hari sabtu dari jam 08.00 sampai jam 12.00
4. Memberikan konsultasi gratis di layanan dunia maya via facebook, blog, maupun web Esha Flora.
5. Membantu kelompok masyarakat yang mau mengembangkan bioteknologi dan menerapkannya di masyarakat.
6. Membantu perusahaan yang mau mengembangkan riset dan iptek bagi pengembangan dan penguatan agribisnis perusahaan tersebut.
7. Esha Flora aktif mengembangkan iptek baru dan pemikiran baru yang langsung disebar ke masyarakat via dunia maya sehingga masyarakat tidak ketinggalan dalam pengembangan iptek terbaru.
8. Esha Flora membantu pihak sekolah yang mau mengembangkan sarana pendidikan di sekolah terkait iptek.
9. Esha Flora membantu Dinas-Dinas, Litbang dan Perguruan tinggi di seluruh Indonesia yang mau mengembangkan dan mengelola laboratorium kultur jaringan dan bioteknologi.

Pengembangan Sumberdaya Manusia dalam Bidang Bioteknologi
Dalam rangka pengembangan bioteknologi maka sebanyak-banyaknya memperkenalkan dan membuat para penerus bangsa mau menekuni bioteknologi. Dalam hal ini Esha Flora sudah berusaha untuk membuat agar bioteknologi dan kultur jaringan ini di sukai para penerus bangsa:
1. Memberikan penyuluhan dan demonstrasi mengenai bioteknologi dan kultur jaringan pada anak-anak SD dengan tujuan mengetahui dan menyenangi materi bioteknologi dan kultur jaringan dengan sistem pengajaran bermain dan memperlihatkan produk-produk yang menarik dan proses yang menyenangkan.
2. Memperlihatkan kehebatan dan manfaat bioteknologi pada anak-anak siswa SMP dan SMA mengenai bioteknologi dan kultur jaringan, dengan tujuan agar mereka tertarik dan mau mengembangkan bidang bioteknologi dan kultur jaringan.
3. Mengajarkan dan memperlihatkan pada para mahasiswa bahwa bioteknologi dapat menjawab berbagai permasalahan hidup dan dapat dijadikan sumber penghasilan dengan prospek yang menarik.
4. Memberikan kesempatan magang dalam pengelolaan Laboratorium Kultur jaringan bagi level sarjana.
5. Memberikan kesempatan magang bagi laboran agar dapat melakukan kegiatan kultur jaringan dengan terampil.
6. Mengajarkan teknik dan pemahaman kepada para pengusaha dan pejabat pemerintah bahwa bioteknologi dapat diandalkan sebagai alternative berbagai pemecahan masalah dan program pengembangan masyarakat, dan mampu merebut peluang bisnis dan persaingan di level nasional maupun internasional.

Pengembangan Keilmuan dan Teknologi
Dalam kaitan memajukan bioteknologi di Indonesia maka perlu terus dikembangkan penelitian-penelitian yang bersifat mendasar maupun terapan yang dapat membantu dan menjawab permasalahan bioteknologi di masyarakat. Oleh sebab itulah maka Esha Flora sudah berusaha melakukan hal tersebut diantaranya adalah :
1. Memodifikasi peralatan tanam dalam kultur jaringan yang lebih sesuai dengan kondisi di Indonesia, seperti Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) dilakukan modifikasi dalam kaitan ukuran, bahan filter harus HEPA yang standar (menjamin bahwa filter mampu menyaring jamur dan bakteri), pintu penutup laminar (dibuka sedikit mungkin untuk mengurangi debu yang masuk), bahan kaca untuk meja kerja (mengurangi debu yang menmpel pada meja kerja) dan penghalang kaca di depan laminar untuk menghalangi debu masuk dan juga menghalangi kepala pekerja agar tidak masuk ke dalam laminar secara tidak sengaja.
2. Membuat alat penyedot mikroba dengan filter HEPA, dengan tujuan mengurangi mikroba yang beterbangan di dalam ruang kultur.
3. Membuat enkas yang terbuat dari kaca atau akrilik agar transparan dengan tujuan agar dapat digunakan sebagai proses pembelajaran dan juga memudahkan pekerja untuk melihat hasil kerja ke dalam enkas.
4. Membuat SOP tentang menutup botol kultur dengan menggunakan gabungan plastik, aluminium foil, karet, plastik wrap dan selotip, dengan harapan bahwa tutup botol kultur benar-benar mampu menutup botol dengan kuat sehingga udara tidak dapat masuk ke dalam botol kultur. Masuknya udara ke dalam botol dapat ,menyebabkan kontaminasi.
5. Menambahkan SOP sterilisasi bahan eksplan dalam proses inisiasi dengan memasukkan proses karantina sebelum bahan eksplan di ambil untuk di sterilisasi. Tujuannya adalah untuk mengeliminasi kontaminasi sistemik, yaitu kontaminasi yang berasal dari dalam bahan eksplannya.
6. Menambahkan proses perendaman antibiotik selama 2 – 3 hari dengan sistem aerasi udara steril untuk mensuplai kebutuhan oksigen, dan menggunakan air beroksigen tinggi. Menggunakan ozoniser untuk membuang getah dan juga bahan sterilan yang tertinggal di dalam sel atau jaringan eksplan yang lambat laun dapat mematikan eksplan kalau tidak di keluarkan. Oleh sebab itulah pentingnya membilas lebih dari 3 kali agar bahan-bahan sterilan yang masih tertinggal dalam jaringan dapat dibuang keluar.
7. Penggabungan penggunaan PPM (Plant Preservatif Media) dan penerapan perendaman antibiotik untuk mengeliminasi mikroba sistemik, untuk meredam pertumbuhan mikroba bila terjadi kontaminasi, dan membiarkan eksplan tumbuh tinggi setelah itu di potong bagian pucuknya dengan tidak mengenai bagian yang terkontaminasi, subkultur dilakukan berulang sampai tidak terkontaminasi kembali. Hal ini terpaksa dilakukan pada eksplan tanaman dengan tingkat kontaminasi yang sangat tinggi,.
8. Melakukan SOP yang lengkap dalam proses aklimatisasi agar kualitas hasil aklimatisasi menjadi lebih baik, yaitu: 1. Pemulihan sistem hormonal endogen dalam plantlet dengan memasukkan kultur tanaman ke dalam media kultur MS0 (tanpa hormon), dengan demikian plantlet (tanaman kecil dalam botol kultur) dilatih untuk menghasilkan hormon endogen dari dalam dirinya. 2. Melakukan proses hardening (penguatan dan penebalan dinding sel), yaitu menempatkan botol kultur plantlet yang sudah siap diaklimatisasi ke nursery / rumah kaca, dengan tujuan agar plantlet belajar dan beradaptasi menghadapi fluktuasi harian, terik sinar dalam rumah kaca, fluktuasi suhu siang dan malam, stress tidak akan terjadi karena sebenarnya kultur masih aman berada di dalam botol kultur, hal ini akan melatih plantlet untuk bermetabolisme tinggi dan akan mempertebal jaringan dinding sel agar tidak dehidrasi dan tahan menghadapi radiasi sinar matahari dan suhu tinggi.
9. Gabungan hormon dengan fungsi yang sama dengan tujuan menghasilkan dorongan hormon yang kuat tapi tetap dengan konsentrasi yang rendah, dengan tujuan untuk dapat menghasilkan kultur yang mampu meninggi dan besar tidak menggerombol kecil karena terlalu tingginya konsentrasi hormon tertentu. Penggunaan hormon dengan karakter kuat dengan konsentrasi rendah untuk membesarkan dan meninggikan tanaman.
10. Meneliti sifat dan karakter gabungan dari berbagai hormon dan dampaknya bagi pertumbuhan tanaman. Banyak hal menarik dalam hal ini sehingga dapat dan mampu mengendalikan pertumbuhan tanaman, Kemampuan mengevaluasi kondisi suatu tanaman harus menggabungkan evaluasi internal dalam tanaman dan perlakuan dari luar yang mau diberikan dengan tujuan tertentu.
11. Membuat modifikasi SOP-SOP budidaya beberapa jenis tanaman untuk mencapai tujuan yang lebih dari yang biasanya. Misalnya SOP budidaya singkong, SOP Budidaya percepatan diameter batang pohon, SOP pembesaran tanaman budidaya dengan poliploid (pelipatgandaan kromosom), SOP pengendalian alokasi energi pada tujuan tertentu, misalnya: perbanyakan produktivitas daun untuk beberapa jenis sayuran, prioritas pengisian cadangan makanan ke umbi bukan untuk pertumbuhan daun seperti jahe, singkong, bawang dll.
12. Melalui bimbingan mahasiswa dalam penelitian kultur jaringan dengan berbagai aspek (inisisasi, komposisi hormone, media organic, metode kultur jaringan, berbagai jenis tumbuhan), baik mahasiswa IPB maupun mahasiswa dari perguruan tinggi lainnya.

Meluruskan Beberapa Persepsi Yang Kurang Tepat
1. Dengan mengacu pada prinsip Totipotensi, bahwa setiap sel tanaman mengandung rangkaian genetik yang lengkap, dan cukup untuk membentuk individu baru. Hal ini memberikan acuan kepada kita bahwa semua jenis tanaman bisa dikulturkan. Jadi kalau ada orang yang bilang bahwa jenis tertentu tidak dapat dikulturkan , maka hal tersebut salah. Kata-kata yang tepat bahwa jenis tersebut, belum dapat dikulturkan karena masih belum didapatkan cara yang benar untuk dapat mengkulturkannya. Hal ini seharusnya memberikan motivasi dan semangat untuk dapat terus meneliti mengapa tanaman tersebut belum berhasil dikulturkan. Bukannya malah baru mencoba beberapa kali langsung menyimpulkan tidak dapat dikulturkan. Kami pernah membuktikannya.

1.1 Dulu aglonema asli Indonesia dibilang oleh Pakar Aglonema tidak dapat dikulturkan. Dengan berpegang pada prinsip Totipotensi, maka saya menanyakan ke pakar tersebut kenapa aglonema asli Indonesia tidak dapat dikulturkan.
Pakar aglonema : “pokoknya tidak bisa dikulturkan”.
Saya tanya balik: “iya, tidak bisanya kenapa?”.
Dijawab oleh pakar tersebut: “Pokoknya tidak bisa, saya sudah mencoba mengkulturkan di Thailand, bahkan sudah minta tolong mengkulturkan di singapure dan tidak berhasil, karena pasti kontaminasi terus menerus”.
Lalu saya jawab dalam hati: “Oh kalau masalahnya adalah kontaminasi, maka bukan berarti tidak bisa, tapi belum bisa”.

Penasaran mengenai hal tersebut kami berusaha membuktikan hal tersebut. Dengan dibantu adik kelas di IPB kami mengkulturkan berbagai aglonema (pada saat itu membutuhkan sekitar 75 juta untuk bahan indukan eksplannya). Indukan bahan eksplan itulah yang dikarantina dan diberi perlakuan antibiotik secara intensif. Pada awalnya selalu kontaminasi tapi kemudian setelah 3 bulan karantina mulai di dapatkan kultur yang steril dan pada akhirnya beberapa jenis aglonema asli Indonesia berhasil dikulturkan.

1.2 Demikian pula dengan pohon, para praktisi senior mengatakan bahwa pohon tidak dapat dikulturkan terutama pohon-pohon yang lambat pertumbuhannya. Tapi ternyata saat ini sudah dapat dibuktikan bahwa Jati saja sudah dapat dikulturkan dan sudah banyak yang produksi.
Esha Flora saat ini sedang meneliti inisiasi beberapa jenis pohon hutan yang sulit dikulturkan, setelah berlangsung sekitar 8 bulan melakukan karantina dan inisiasi mulai memperlihatkan hasil, beberapa jenis sudah berhasil didapatkan kultur sterilnya. Saat ini jenis pohon yang sudah berhasil dikulturkan adalah: jati (Tectona grandis), gaharu (Aquilaria malacensis ), pulai (Alstonia scholaris), jelutung ( Dyera costulata ), pohon labu ( ), sungkai ( Peronema canescens ), gerunggang ( Cratoxylum arborescens ), ramin ( Gonystylus bancanus ). Pohon yang masih dalam proses adalah: meranti batu (Shorea platyclados ), ulin ( Eusideroxylon zwageri ), dan juga sagu (Metroxylon sago ).


2. Banyak pelaku kultur jaringan yang masih rancu bahwa menutup botol kultur jaringan tidak boleh rapat agar tanaman di dalam botol tidak mati karena tidak mendapatkan oksigen, padahal hal ini kurang tepat. Banyak diantara kita lupa bahwa sepanjang masih ada hijau daun dan sinar (baik sinar matahari maupun sinar lampu) maka tanaman tersebut dapat melakukan fotosintesis, dan proses fotosintesis adalah menghasilkan oksigen, jadi di dalam botol plantlet memerlukan oksigen untuk bernafas dan sekaligus menghasilkan oksigen dari hasil fotosintesis. Sepanjang kebutuhannya tidak terlalu besar dan masih ada keseimbangan antara pemakaian dan menghasilkan oksigen maka kultur akan baik-baik saja. Dengan tidak menutup rapat akan menyebabkan udara akan masuk ke dalam botol dan menyebabkan kontaminasi karena udara di dalam lab tidak steril.

3. Diketahui bahwa kultur jaringan bisa dilakukan dengan hanya menggunakan sebagian kecil jaringan dari tanaman yang akan dikulturkan. Berdasar persepsi tersebut banyak orang berfikir bahwa kalau mau melakukan kultur jaringan hanya menyediakan bagian tanamannya saja atau hanya menyediakan satu tanaman untuk dikulturkan. Padahal kondisi real yang terjadi adalah untuk dapat mengkulturkan tanaman yang baru, maka perlu dilakukan inisiasi. Dan hampir 100 % tumbuhan di dunia ini terkontaminasi mikroba secara sistemik atau tidak ada mahluk hidup yang steril di dunia ini. Oleh sebab itulah maka satu tanaman atau bahkan hanya menyediakan bagian tanamannya saja dalam proses inisiasi tanaman dalam kultur jaringan keberhasilan berkisar 0 % - 10%. Bila peluang keberhasilan paling tinggi 10% maka bila kita mencoba menginisiasi 1 kali maka peluang keberhasilan adalah nol. Mencoba menginisiasi 2 eksplan tetap masih nol peluangnya. Baru setelah mencoba 10 eksplan maka peluang mendapatkan kultur steril baru satu eksplan saja. Oleh sebab itulah maka untuk memperbesar peluang dalam mendapatkan kultur steril maka sebanyak-banyaknya bahan eksplan yang dapat disediakan akan lebih baik. Itupun tidak bisa sekaligus berhasil tapi harus berulangkali dengan metode yang terus disempurnakan berdasarkan evaluasi perlakuan sebelumnya.
Suatu ketika saya pernah diminta untuk menginisiasi 4 jenis ubi jepang, dan mereka meminta hanya dalam waktu 4 bulan. Saya bilang tidak bisa, tapi mereka bersikeras karena program sudah terjadwal oleh perusahaan. Saya jawab: “.. akan saya coba dengan syarat semua yang saya minta tolong dipenuhi”, dan mereka menyanggupi. Saya minta masing-masing varitas 100 kg umbi jepang, dan masing-masing varitas 1000 stek. Lalu semua bahan ditanam dan dilakukan proses karantina dengan pemberian desinfektan (fungisida dan bakterisida) dan antibiotik spektrum luas (amoxyline, kloramfenicol dan streptomycine). Dan kami mempekerjakan 7 orang tenaga khusus untuk inisiasi. Dalam waktu satu bulan dapat dilakukan inisiasi sebanyak 10.000 eksplan, dan yang berhasil steril 250 eksplan. Dari 250 eksplan steril tersebutlah baru kami perbanyak dan dilakukan penelitian lanjutan sesuai permintaan perusahaan. Jadi maksudnya untuk mempercepat mendapatkan kultur steril diperlukan bahan indukan eksplan dalam jumlah besar. Semakin banyak bahan indukan eksplan maka akan semakin besar peluang mendapatkan kultur steril dan semakin cepat kelipatan multiplikasi yang dihasilkan, dengan demikian akan mempercepat dalam pencapaian target jumlah yang diinginkan.
4. Menyangka bahwa selama ini yang biasa dilakukan oleh para pengkultur, bahwa hanya menutup botol dengan tutup plastik sudah cukup kuat, padahal tidak demikian. Kultur tanaman kelihatan baik-baik saja, sebenarnya disebabkan laboran selalu merawat dfan menyelamatkan kultur yang terkontaminasi. Kontaminasi terjadi setelah beberapa waktu inisiasi atau subkultur. Jadi sebenarnya pada kondisi seperti ini sumber kontaminasi bukan karena eksplan, bukan karena kesalahan kerja, tapi karena tutup yang tidak kuat menahan perbedaan tekanan di dalam dan di luar botol, sementara udara di dalam laboratorium tidak steril (kebanyakan para laboran dan pengkultur merasa bahwa laboratoriumnya sudah steril padahal tidak demikian). Suatu ketika di Esha Flora tidak ada laboran untuk beberapa waktu. Pada waktu saya cek pada setiap akhir bulan. Saya ingin mengetahui berapa banyak jumlah kultur yang terkontaminasi. Ternyata sangat mengejutkan setelah semua kultur di sortir, ternyata yang kontaminan setiap bulan berkisar dari 200 – 400 botol darii total sekitar 10.000 botol kultur. Padahal saat ada laboran tidak kelihatan yang kontaminan, hal ini disebabkan laboran tidak ingin mendapatkan record yang jelek di hadapan pemilik atau manajemen perusahaan, jadi mereka cepat dan selalu menyelamatkan kultur yang terkontaminasi. Seakan-akan tidak ada masalah, tapi sebanrnya setiap bulan laboran terpaksa harus menyelamatkan 200-400 botol kultur, padahal bila hal ini tidak terjadi maka pertambahan multiplikasi kultur akan dapat lebih cepat.
Pernah kami menghitung skontaminasi satu botol klultur akan menyebabkan kerugian sekitar Rp. 5.000,- terkait biaya bahan, penyusutan alat, tenaga kerja, waktu, operasional dll. Dan padahal kalau saja mau menguatkan tutup botol agar benar-benar kuat biayanya hanya Rp. 500,- perbotolnya. Alternatif lain agar permasalahan ini tidak terjadi adalah membangun laboratorium kultur jaringan yang benar-benar steril, terkait dengan standar laboratoriumnya maupun tatatertib dan atiuran di dalam mengelola laboratorium tersebut.

Membangun Sistem Dan Kemitraan
Untuk dapat mempercepat perkembangan bioteknologi di masyarakat Indonesia, maka adalah hal yang tidak mungkin bila Esha Flora berusaha sendirian secara parsial. Sebenarnya di Indonesia banyak pihak yang terkait dengan bioteknologi. Banyak stakeholder yang kompeten dalam bidangnya masing-masing terkait bioteknologi. Oleh sebab itulah maka Esha Flora berusaha membangun sistem dan kemitraan agar proses transfer bioteknologi, agar proses penguasaan dan pemahaman bioteknologi dapat lebih cepat di masyarakat.
Esha Flora berusaha mensinergikan dan mengarahkan potensi dan daya yang terserak untuk mengarah pada tujuan tertentu yang bermanfaat. Memfasilitasi dan melengkapi kebutuhan informasi terkait bioteknologi di masyarakat sehingga masyarakat dapat memecahkan permasalahanya dengan lebih baik dan cepat. Membantu memberdayakan perusahaan dan perorangan yang merencanakan pengembangan bisnis berorientasikan bioteknologi.
Esha Flora berusaha agar dapat membantu dalam pengkondisian yang kondusif dalam pengembangan bioteknologi. Menghubungkan pihak-pihak yang saling membutuhkan. Membantu menyediakan keperluan dan perlengkapan dalam pengoperasian laboratorium kultur jaringan. Membantyu menyediakan kultur steril berbagai jenis tanaman untuk dapat dikembangan lebih lanjut.


Bogor, 19 Oktober 2015

You Might Also Like

0 comments