Kultur Jaringan Termasuk Perbanyakan Vegetatif atau Generatif?
Kultur Jaringan Termasuk Perbanyakan Vegetatif atau Generatif?
Oleh
Praktisi Kultur Jaringan Tanaman.
Pendahuluan
Banyak
orang yang mengetahui kultur jaringan dengan tidak lengkap, bahkan
tidak jarang yang masih belum mengetahui apa itu kultur jaringan.
Sebagian besar mereka hanya mengetahui bahwa kultur jaringan hanyalah
sebagai teknologi perbanyakan tanaman. Kultur jaringan di kenal sebagai
teknologi perbanyakan tanaman dalam jumlah besar, waktu singkat,
seragam dan berkualitas.
Secara umum kultur jaringan ( dalam bahasa Inggris disebut : Tissue Culture)
adalah suatu teknologi budidaya tanaman yang menggunakan bagian dari
tanaman tersebut untuk di tumbuhkan di dalam wadah yang bening dan
steril, dengan diberi media tanam yang dibutuhkan oleh bagian tanaman
tersebut untuk tumbuh dan dengan kondisi lingkungan yang diatur
sedemikian rupa sehingga menunjang pertumbuhan tanaman tersebut. Dalam
hal ini tidak hanya perbanyakan saja tapi aspek budidaya lainnya juga
bisa dilakukan oleh kultur jaringan, seperti penyelamatan embrio, embrio
somatik, variasi somaklonal, kultur anther, poliploid, mutasi,
pertumbuhan minimal, metabolit sekunder dll.
Sebenarnya kata kultur jaringan adalah salah satu metode di dalam kultur
jaringan, karena disamping itu ada metode lain seperti kultur anther,
kultur sel, kultur organ dll. Akan tetapi kata kultur jaringan dipakai
dalam bahasa Indonesia untuk mewakili teknologi budidaya tanaman di
dalam wadah ini. Seperti Aqua, dipakai orang untuk menyebutkan nama
produk air mineral, padahal produk air mineral ada banyak.
Kemampuan manusia untuk mengatur komposisi dan konsentrasi bahan-bahan
yang diperlukan tersebut, membuat manusia mampu mengarahkan pertumbuhan
tanaman tersebut di dalam botol. Di dalam kultur jaringan pertumbuhan
bisa diarahkan kepertumbuhan tunas atau akar atau kalus, kita mampu
mempercepat dan memperlambat pertumbuhan, kita mampu memacu
dihasilkannya kandungan bahan obat dari tanaman tersebut dll.
Bagian tanaman yang digunakan dapat diambil dari berbagai bagian
tanaman, sepanjang sel atau jaringan tersebut masih hidup. Hal ini
didasari oleh teori “Totipotensi” yaitu setiap sel tumbuhan dari tanaman
akan mengandung rangkaian genetik yang lengkap, sehingga cukup satu sel
untuk dapat membuat tanaman seperti induknya tersebut. Tapi memang
didalam pelaksanaannya masing-masing sel atau jaringan tadi mempunyai
tingkat kesulitan yang berbeda untuk dikulturkan.
Kembali ke judul di atas dalam kaitan Kultur jaringan sebagai teknologi
perbanyakan, maka timbul pertanyaan : “Kultur jaringan masuk ke dalam
perbanyakan vegetatif atau generatif ? Apakah betul kultur jaringan
adalah perbanyakan vegetatif ?”. Untuk itulah maka kita perlu mengurai
satu-persatu definisi dari masing-masing dan mengevaluasinya masuk ke
dalam kategori yang mana,
Perbanyakan Vegetatif.
Adalah
suatu teknik perbanyakan yang menggunakan bagian tanaman. Dan bila
dilihat karakter bibit yang dihasilkan dari perbanyakan vegetatif
adalah:
- Mempunyai sifat yang sama dengan induknya.
- Mempunyai tingkat kedewasaan yang relative sama dengan induknya, bila induknya sudah berbunga dan berbuah, maka bibit hasil vegetatif misalnya cangkokan juga akan cepat berbunga dan berbuah.
- umur lebih pendek
- viabilitas tidak optimal lagi.
- umumnya mempunyai sistem perakaran serabut.
Perbanyakan Generatif
Adalah suatu perbanyakan yang menggunakan biji sebagai bahan perbanyakan. Dalam hal ini karakter bibit yang dihasilkan adalah:
1. Mempunyai sifat yang berbeda dari induknya, atau merupakan hasil penggabungan sifat dari kedua tetuanya.
2. Mempunyai sifat joevenil (remaja /kanak-kanak)
3. Viabilitas tinggi
4. Umur panjang
5. Untuk dikotil akar tunjang.
6. Lama berbunga dan berbuah.
Perbanyakan Kultur Jaringan
Adalah perbanyakan yang menggunakan bagian tanaman yang dimasukkan ke
dalam botol dengan media kultur yang lengkap dan kondisi lingkungan yang
mendukung pertumbuhan.
Memang kalau dilihat selintas
bahwa bahan yang digunakan adalah bagian tanaman, maka langsung logika
kita berfikir bahwa perbanyakan kultur jaringan adalah masuk dalam
kategori perbanayakan vegetatif.
Mari kita lihat lebih
mendalam, maka kultur jaringan banyak metodenya. Kalau dalam
perbanyakan tersebut menggunakan metode “Embrio somatik” yaitu suatu
embrio yang terbentuk dari sel-sel somatic atau vegetatif. Kita tau
bahwa embrio merupakan bagian pokok di dalam komponen biji. Embrio yang
umum kita ketahui adalah hasil penggabungan sel kelamin jantan dan sel
kelamin betina, menjadi embrio.
Dalam hal ini, kalau saya boleh mendefinisikan bahwa embrio
adalah start awal dari dimulainya mahluk hidup yang dikendalikan oleh
rangkaian genetik yang terdapat di dalam embrio tersebut. Karena calon
tanaman tersebut dimulai dari awal, maka sifatnya sama dengan karakter
bibit yang berasal dari biji.
Oleh sebab
itu bila kita menggunakan metode embrio somatic dalam perbanyakan
tanaman di dalam kultur jaringan, maka karakter yang dihasilkan
merupakan gabungan dari beberapa karakter perbanyakan vegetatif dan
perbanyakan generatif, yaitu:
- Mempunyai sifat yang sama dengan induknya, karena berasal dari bagian tanaman dari induknya.
- Mempunyai karakter benih/ biji karena merupakan embrio, tapi bukan hasil penggabungan dari sifat tetuanya, tapi embrio yang berasal dari sel somatic/vegetatif, yaitu sifat berakar tunjang untuk dikotil, viablitas tinggi dan jouvenil, umur panjang
- Karena berasal dari bagian tanaman, tapi juga berupa embrio somatic, maka karakternya akan menjadi gabungan dari kedua sifat tersebut, viabilitas tinggi tapi bisa cepat berbunga dan berbuah, umur panjang.
Melihat
hal tersebut diatas maka kultur jaringan merupakan teknologi
perbanyakan yang mencakup perbanyakan vegetatif tapi juga perbanyakan
generatif. Dan melihat definisi “Embrio Somatik” sebenarnya memberikan dampak dan konsekuensi yang sangat hebat/besar, tapi sebagian orang tidak melihat hal ini.
Bogor, 7 April 2011
0 comments